Thursday, March 13, 2014

Keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Puncak gunung pangrango
Puncak Gn. Pangrango dilihat dari Gn Gede
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari 5 taman nasional yang dideklarasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980, dan sampai tahun 2007 sudah 50 taman nasional dibentuk oleh Pemerintah di seluruh Indonesia. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia, pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Secara administratif, kawasan TNGGP berada di 3 kabupaten (Bogor, Cianjur dan Sukabumi) Propinsi Jawa Barat. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), yaitu Bidang PTN Wil I di Cianjur, SBidang PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi, danBidang PTN Wil III di Bogor, dan 6 (enam) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN Wil) dan 22 (dua puluh dua) resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia. Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980. Dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta. Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Disamping keunikan tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung dan Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah. Ketika anda hiking di kawasan TNGGP, anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan Indonesia.

Karena curah hujan yang tinggi selama musim hujan, Taman akan ditutup antara bulan Desember sampai Maret karena kabut tebal dan awan menutupi puncak dan angin kencang selama bulan Februari dan Maret. Waktu terbaik untuk mengunjungi dan melakukan pendakian ke kawah adalah selama musim kemarau antara bulan Juni hingga September.

Suhu bervariasi rata-rata sekitar 18 ° C di Cibodas, yang paling dingin sampai 10 ° C di puncak gunung. Bila Anda berniat untuk mendaki ke puncak pastikan bahwa Anda memakai pakaian hangat dan sepatu yang tebal karena pada malam hari suhu bisa sangat dingin dan bisa membuat Anda membeku.

Selain pendakian, di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango juga  merupakan objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi sebelum sampai dipuncak:
  1. Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
  2. Telaga Biru Gunung Gede

  3. Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.
  4. Air terjun Cibeureum Gunung Gede

  5. Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
  6. Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.

Pendakian Gunung Gede-Pangrango 


Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang menjadi favorit para pendaki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Maka dari itu untuk mengembalikan habitatnya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. 

Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas. Untuk mendaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango di berlakukan sistem booking, 3 sampai 30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki di batasi hanya 600 per malam, 300 melalui jalur Cibodas, 200 jalur Gunung Putri, dan 100 jalur Selabintana.  

Rute Pendakian Gunung Gede dan Gunung Pangrango 


Pintu masuk kawasan TN G Gede Pangrango meliputi pintu masuk Cibodas, Gunung Putri, Salabintana, Situgunung, dan Bodogol, yang dapat ditempuh dari :               
  1. Jakarta – Ciawi/Bogor – Puncak – Cibodas, jarak 103 Km waktu tempuh 2,5 jam.
  2. Bandung – Cianjur – Cipanas - Cibodas, jarak 90 km waktu tempuh 3 jam
  3. Jakarta – Ciawi/Bogor – Puncak – Cipanas – Gunung Putri, jarak 115 km waktu tempuh 2,5 jam
  4. Bandung – Cianjur – Cipanas – Gunung Putri, jarak 93 km waktu tempuh 3,5 jam
  5. Jakarta – Ciawi/Bogor – Sukabumi – Salabintana, jarak 156 km waktu tempuh 3,5 jam
  6. Bandung – Cianjur – Sukabumi – Cisaat – Salabintana, jarak 92 km waktu tempuh 3,5 jam
  7. Jakarta – Ciawi/Bogor – Cisaat – Situgunung, jarak 135 km waktu tempuh 3,5 jam
  8. Bandung – Cianjur – Sukabumi – Cisaat – Salabintana, jarak 161 km waktu tempuh 4 jam
  9. Jakarta – Ciawi/Bogor – Cicurug – Bodogol, jarak 61 km waktu tempuh 2 jam
  10. 11. Bandung – Cianjur – Puncak – Ciawi/Bogor – Cicurug – Bodogol, jarak 125 km waktu tempuh 4,5 jam
Peta aksesibiltas TN G. Gede Pangrango
Peta aksesibiltas TN G. Gede Pangrango

JALUR CIBODAS 

Di Pintu gerbang masuk basecamp Cibodas pendaki wajib melapor dan menunjukan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan untuk barang yang dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. Akan di minta oleh petugas, dan pada saat keluar Taman Nasionaljuga akan dilakukan pemeriksaan kembali. serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa- sisa pemakaian kita sendiri. di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah. 

Dari jalur Cibodas ini tersedia beberapa pos tempat peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainya yang ingin berteduh. 

Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat. Kicauan burung dan suara monyet akan menyambut para pendaki sejak dari pos penjagaan. Setelah berjalan sejauh 1,5 km melintasi kawasan hutan yang sangat asri, terdapat sebuah rawa yang disebut telaga biru dalam ketinggian 1.500 mdpl. Telaga biru yang warna airnya bisa berubah - ubah di sebabkan oleh tanaman ganggang yang tumbuh di dasar danau. Dengan melintasi jembatan kayu sepanjang jalur selanjutnya akan sampai pos Rawa Gayang Agung pda ketinggian 1.600 mdpl. jalur jembatan kayu ini sudah mulai rusak, banyak kayu-kayu yang lepas sehingga pendaki bila kurang hati - hati bisa terperosok jatuh. 

jembatan Rawa Panyangcangan
Jembatan Rawa Panyangcangan
Setelah berjalan di atas jembatan kayu sepanjang kurang lebih 1 km, jalur kembali menapaki jalan berbatu hingga sampai di Pos Panyancangan Kuda. Pos ini berada diketinggian 1.628 mdpl, terdapat bangunan beratap yang dapat dipergunakan untuk berlindung dari hujan dan angin, namun pendaki-pendaki yang egois sering membuka tenda di dalam bangunan ini. Di lokasi ini terdapat persimpangan jalur (pertigaan). ke kanan ke arah air terjun Cibeureum, sedangkan arah ke puncak ambil jalur lurus. Bila pendaki ingin mampir ke air terjun mungkin tas dan bawaan lainnya bisa ditinggal di pos ini, dan ada salah satu rekannya yang menunggu. Berjalan sekitar 30 menit dengan lintasan berbatu yang sedikit menurun, dan di beberapa tempat digenangi air sehingga sepatu bisa basah, maka kita akan sampai di Air Terjun Cibeureum yang berada di ketinggian 1.675 mdpl). 

Air terjun Cibeureum ini terdiri dari tiga buah yakni; curug Cidendeng, curug Cikundul, dan curug Ciwalen. Wisatawan umum bisa datang ke lokasi air terjun ini cukup dengan membayar tiket masuk di pos penjagaan. Untuk melanjutkan pendakian pendaki harus balik lagi ke Pos Panyancangan Kuda (pertigaan). 

Dari pertigaan, jalur pendakian mulai menanjak dan berliku-liku melewati jalan setapak dari batuan yang terjal. Gemuruh air terjun yang berada jauh di bawah terdengar dengan jelas. Suara-suara satwa sering terdengar terutama di sore dan di pagi hari. Sejenak kita bisa beristirahat di Pos Batu Kukus (1.820 mdpl). Di tempat ini terdapat bangunan untuk duduk istirahat, dahulu ada atapnya yang disangga oleh sebuah tiang kayu di tengahnya. 

Lintasan kembali menanjak, jalan setapak berbatu mulai berganti dengan jalan tanah yang lebih alami. selanjutnya jalur mulai landai dan bonus-bonus turunan akan mempercepat kita sampai di Pos Pondok Pemandangan (2.150 mdpl). Pada musim pendakian, karena ramainya pengunjung maka kita bisa beristirahat di pos ini sambil menunggu antrian melewati air panas. 

Air panas berupa lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas dengan suhu yang mencapai 70°C, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin. Sebaiknya jalan satu persatu dan menunggu bila ada pendaki yang melintas dari arah berlawanan. Karena bila dua orang pendaki bertemu maka pendaki di sisi jurang akan sulit mendapatkan pegangan bila terpeleset dan kesenggol akan fatal akibatnya, meskipun ada rantai besi pengaman namun kondisinya kurang aman untuk dijadikan pegangan. 

Batuan di Air Panas terasa panas bila disentuh. Namun banyak juga pendaki yang berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini karena sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal. 

Mandi di sungai di Pos Kandang Batu (2.220 mdpl) ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya. 

Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Selanjutnya kita akan sampai di tanah lapang yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik di bawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Di sekitar air terjun ini lintasan terjal dan sempit sehingga harus menunggu antrian satu per satu untuk melewatinya. Setelah itu jalur mulai landai dan sedikit menurun hingga Pos Kandang Badak (2.395 mdpl). 

Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri namun jangan salah jalan menuju ke kawah, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca. 

Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi. 

edelweis di alun-alun Surya Kencana
Alun-alun Surya Kencana
Untuk menuju puncak gunung gede pendaki menyusuri punggungan yang terjal, di sini terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah. 

Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Pendaki di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin karena hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya akan mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal. hingga puncak Gunung Gede angin kencang akan selalu menemani para pendaki. 

Puncak gunung gede terlihat memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat indah. di puncak gunung gede ini akan tercium aroma belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gede ini terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.  

Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya. 

Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah. Bila berkemah di alun-alun Surya Kencana di pagi hari sekitar jam 5 pagi pendaki akan dibangunkan oleh para pedagang yang menawarkan nasi uduk dan rokok, Gunung apa pasar yak.. Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat). 

JALUR GUNUNG PUTRI 

Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat - surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kita sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah. 

Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan kita akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar. 

Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah pada berlobang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh. 

medan pendakian
Medan Pendakian
Jalur semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl. Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun-Alun Surya kencana dan berkemah di sana. 

Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kita masih harus melewati dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl). 

Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kita harus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah-tengah lapangan. Selanjutnya dari Km-0 kita kekanan mendaki bukit terjal berbatu yang banyak di tumbuhi edelweis untuk menuju puncak gunung Gede. sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kita harus berjalan lurus. 

JALUR SELABINTANA 

Di jalur Selabintana terdapat airterjun yang biasa disebut warga airterjun Cibeureum yang memiliki ketinggian 70 meter. Percikan dan kabutpun tercipta oleh air terjun.Untuk menuju airterjun pendaki harus melewati jalan yang berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang sulit di jangkau ini tidak mengurangi niat para pendaki untuk menuju ke air terjun ini. 

Setelah melakukan booking beberapa hari sebelumnya di Cibodas pendakian baru bisa dilakukan. Di Pos Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan surat perijinan, kemudian pendaki bisa langsung "ngetrek" atau berkemah terlebih dahulu di Selabintana. 

Dari Pos Pemeriksaan kita berjalan menyusuri tepi sungai yang aliran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang banyak dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan. 

Setelah berjalan sekitar 1/2 jam kita akan berjumpa dengan menara pengamatan burung. Selanjutnya akan sampai di Pos Citingar (1.000mdpl). Di sepanjang jalur banyak terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan banyak pacet dan di musim kemaraupun masih ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan semakin menanjak dan licin. 

Bila ingin beristirahat sebaiknya tidak duduk di atas pohon tumbang atau di tanah berhumus karena banyak pacet, cukup berdiri mengambil nafas panjang. Masih dalam kondisi jalur yang sama kita akan sampai di Pos Citingar Barat (1.175 mdpl). Sekitar 2-3 jam kita berjalan dikawasan hutan yang banyak pacetnya ini. Untuk itu gunakan sepatu gunung jangan pakai sendal, untuk menghindari puluhan pacet nempel di kaki. 

Selanjutnya jalur masih berupa tanah gembur dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor (di atas lintasan baru). Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi danPacet sudah jarang dijumpai. Kemudian kita akan sampai di Pos Cigeber (1.300 mdpl). 

Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan (canopy), maka lintasan berikutnya kita mulai bisa melihat langit karena pohon-pohon yang sangat tinggi sudah jarang. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kita akan melewati pinggiran jurang yang banyak ditumbuhi rumput-rumput yang agak tinggi. Selanjutnya tiba di Pos Cileutik (1.500 mdpl). 

Sedikit turun di bawah Pos yang sudah roboh ini terdapat sungai yang aliran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tidak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini beberapa pendaki bisa beristirahat bersama namun tidak cukup untuk mendirikan 2-3 tenda. Setelah menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di beberapa tempat tanah yang diinjak agak lembek. sekitar 2 jam berjalan pendaki akan sampai di Pos yang banyak dikelilingi pohon-pohon yang memiliki bentuk yang aneh, sehingga bisa menimbulkan fantasi yang bermacam-macam. Selanjutnya kita berjalan sekitar 2 jam maka kita akan sampai di Pos yang hanya bisa digunakan untuk duduk beristirahat sekitar 8 orang. 

alun-alun Surya Kencana
Alun-alun Surya Kencana
Lintasan berikutnya makin terjal, di beberapa tempat kita bisa berpegangan pada akar-akar dan selanjutnya pendaki akan melewati jalur yang banyak di tumbuhi rumput-rumput yang sangat tinggi. Sekitar satu jam kita akan sampai di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur, bila ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh, bila ke kiri menuju alun-alun Surya Kencana. Sekitar lima menit dari lokasi Pos ini kita akan sampai di tempat yang terbuka, ke kanan kita bisa melihat Alun-alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede. 

Untuk menuju pusat Alun-alun (Kilometer Nol) kita berjalan ke kanan sekitar 15 menit. Di lapangan luas ini kita bisa beristirahat mendirikan tenda. Untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur Cibodas kita harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melewati jalur Gunung Putri kita berjalan lurus mengikuti pinggiran sungai. Untuk menuju puncak Gunung Gede dari Km-0 kita masih harus mendaki batuan terjal yang banyak ditumbuhi Edelweis, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Jalur pendakian Selabintana kurang diminati oleh para pendaki. Banyak hal yang menjadi alasan yakni:
  1. Membutuhkan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian. 
  2. Akses kendaraan umum yang susah dan lebih jauh. 
  3. Jalurnya lebih berat, berlumpur dan banyak pacet.
Berikut beberapa tips dari jika anda kesana, diambil dari blog http://tiyangsae.wordpress.com/ :
"Kalau Anda berancana menginap malam harinya seperti saya, saya sarankan Anda untuk menginap di warung Bu Nar. Lokasinya tepat sebelum jalan naik ke lokasi air terjun. Letaknya persis di sebelah toilet umum, jadi Anda nggak repot kalo kebelet. Tapi harap diingat, warung Bu Nar hanya buka saat hari2 libur aja.

Bu Nar ini orangnya ramah. Harga makanannya pun sangat wajar. Tempat istirahatnya, seperti yang saya ceritakan di atas, nyaman meskipun seadanya. Anda juga bisa menitipkan kendaraan dan barang bawaan Anda di sini.
Bicara soal makanan, lebih baik Anda beli di warung-warung permanen ketimbang warung-warung di tengah areal parkir. Beneran deh. Lebih baik jangan. Ada pengalaman buruk saat saya dan seorang teman mencoba membeli mie ayam di salah satu warung tenda di area parkir ini. Sudahlah harganya mahal (15ribu per mangkuk), rasanyapun nggak jelas.
Rasa kuahnya aneh. Taburan ayamnya saya rasa hanya potongan kulit dan tulang leher yang warnanya pun menghancurkan selera. Yang paling parah adalah baksonya. Dalam satu mangkuk Anda akan mendapat 2 bakso: besar dan kecil. Bakso yang kecil nggak lain hanyalah kanji yang diberi perasa sekedarnya. Sedangkan yang besar hanya gajih yang dibungkus kanji.
Dan bukannya mau memfitnah, tapi menurut teman saya, bakso yang besar rasanya seperti B2. Wallaahu ‘alam. Maka sebaiknya Anda hindari. Hitung-hitung penghematan.

Hati-hati dengan warung-warung mie ayam abal-abal. Kami berdua sama-sama nggak menghabiskan mie yang sudah kami beli mahal2 itu dan memutuskan untuk makan siang di warung Bu Nar saja.
Masih soal makanan, sebaiknya Anda bawa bekal makanan ringan dari rumah. Terutama untuk Anda makan dalam perjalanan menuju air terjun. Saya menyarankan makanan yang bisa menambah energi Anda. Tempo hari saya bawa beberapa batang Snickers, cukup mengganjal perut dan mengembalikan tenaga.
Air minum bawa saja secukupnya. Minum sedikit-sedikit selama perjalanan. Jangan menenggaknya sekaligus. Karena selain akan cepat habis, membuat Anda jadi kebelet pipis, biasanya juga akan membuat Anda makin malas melanjutkan perjalanan.
Cukup tentang makanan dan minuman, sekarang mari kita bicara pakaian. Kaos oblong sudah lebih dari cukup digunakan selama perjalanan ke lokasi air terjun. Tapi jangan lupakan juga jaket dan kaos kaki untuk menghangatkan diri Anda pada malam/pagi hari sebelum naik ke atas. Jika punya kupluk, sebaiknya bawa juga. Lumayan menghangatkan kepala dan telinga Anda.
Tak ada salahnya juga Anda membawa pakaian basahan kalau nantinya Anda berniat main air di lokasi air terjun.
Selama perjalanan ke atas, usahakan berpakaian simple yang membuat anda bebas bergerak. Beberapa kali saya menemukan rombongan yang berpakaian dan berdandan layaknya akan pergi ke mall. Fail. Selain akan merepotkan Anda sendiri, kasihan juga yang ngeliat. Got it?
Alas kaki pun demikian. Sandal jepit sebenarnya cukup. Tapi tentunya akan lebih nyaman menggunakan sandal/sepatu hiking. Nyekerpun tak masalah. Wedges, high heels, pantofel sangat nggak disarankan.
Selanjutnya, nikmati perjalanan Anda. Jangan terlalu memikirkan jarak yang makin lama makin terasa jauh. Nikmati pemandangan di kiri dan kanan. Hirup udara segara yang berlimpah, mumpung sedang di sini. Foto-foto. Nikmati saja. Nggak usah melangkah terlalu terburu2. Karena selain melelahkan dan menghabiskan nafas, Anda bakal melewatkan keindahan alam yang belum tentu tiap hari bisa Anda temui ini.
Yang terakhir dan nggak kalah penting, jagalah kebersihan. Jangan membuang sampah sembarangan. Sediakan plastik untuk menampung sampah2 Anda. Ingat, kalau tiap2 kita ikut menjaga kebersihan dan kelestariannya, maka satu saat datang lagi, kita masih mendapati Cibodas yang bersih dan asri :) "
Fun Hiking Gunung Gede Pangrango (Trailer)

Gunung Gede (via Cibodas)

Gunung Gede 2013 (via Gunung Putri)

Untuk memperoleh Izin dan peta lokasi hutan kunjungi kantor Konservasi di:
Jalan Raya Cibodas,
Cipanas 43253, Cianjur, Jawa Barat.
Tel.: 62-263-512776, Fax: 620263-519415
Email: tngp@cianjur.wasantara.net.id
Pendaftaran Pendakian Gunung Gede Pangrango [online booking]

Semoga bermanfaat.
Sumber : Wiki,Blog tiyangsae,Web, Jasling, Blog keong



2 comments:

  1. makasi infonyaa..

    Nonton Film Online Subtitle Indonesia Terbaru Download Film Gratis Nonton Movie Serial Tv Drama Korea

    ReplyDelete